THE AMAZON INFERNO: KASUS YOSSI GHINSBERG TERPERANGKAP DI HUTAN AMAZON


Pemuda bernama Yossi itu bersandar di sebuah pohon. Tubuhnya teramat lemah, setelah berhari-hari tak makan. Hujan terus mengguyurnya setiap hari dan banjir nyaris menenggelamkannya. Kakinya mulai membusuk hingga ditumbuhi jamur. 

Terisolasi dari dunia luar, pemuda itu mulai menyadari bahwa mungkin takkan ada yang akan datang menyelamatkannya. Semua temannya mungkin sudah mati sehingga tak ada seorangpun tahu ia terjebak di sini. 

Ia mulai putus asa. Ia menoleh dan menatap sesosok wanita yang duduk di sampingnya. Ia selalu menemaninya. 

Namun kini Yossi mulai mempertanyakan, apakah wanita ini benar-benar manusia?”
***

Terjebak di hutan hujan Amazon terdengar seperti mimpi buruk. Dengan luas 7 juta kilometer persegi dan mencakup sembilan negara, mulai dari Brazil, Peru, hingga Venezuea, lolos dari hutan sarat predator ini hampir mustahil. Namun seorang pemuda bernama Yossi Ghinsberg membuktikan bahwa ternyata hal itu ternyata mungkin. Ya, berbeda dengan korban-korban kekejaman alam di artikel-artikel sebelumnya, Yossi berhasil selamat dari mimpi buruk yang menggentayanginya. Kisahnya memang inspiratif, namun tentu tak ada yang mau mengulanginya. Berikut ini kisah kepolosan dan semangat petualang muda ini yang berujung bencana, ketika ia tak mempersiapkan diri untuk tersesat di neraka hijau bernama Amazon itu.

Dear readers, inilah Dark Case kali ini.

Yossi Ghinsberg adalah pria berkebangsaan Israel kelahiran 25 April 1959. Setelah menjalani wajib militer selama 3 tahun di Laut Merah, pemuda Yahudi berusia 21 tahun itu ingin berpetualang dan melihat dunia. Saat sedang backpacker-an di China, ia terinspirasi oleh sebuah buku yang ia baca. Buku berjudul “Papillon” itu mengisahkan petualangan fantastis seorang pria Prancis bernama Henri Charrière di Amerika Selatan. Petualangan yang dialaminya termasuk melarikan diri dari sebuah kamp penjara di Guyana Prancis yang dikuasai rezim pro-Nazi, bertemu dengan suku primitif di pedalaman Amazon, menyelamatkan seorang gadis serangan ikan hiu, berteman dengan bajak laut, menyeberangi lumpur hisap bak Indiana Jones, hingga menemukan berlian di Venezuela yang membuatnya kaya raya.

Banyak yang mengklaim bahwa petualangan bombastis di buku autobiografi itu sebagian besar hanya dibumbui imajinasi saja, namun tetap saja hal itu amat menginspirasi Yossi. Ia menabung untuk pergi ke Amerika Selatan dan bermimpi mengeksplorasi hutan Amazon. Tak hanya itu, ia juga ingin bertemu Henri, penulis buku favoritnya, dan juga bertemu dengan suku primitif yang ia ceritakan di bukunya.

Sayang, ketika Yossi akhirnya mengumpulkan cukup dan tiba di Venezuela pada 1981, Henri ternyata sudah meninggal. Tak hanya itu, suku yang diceritakan Henri sudah mengalami modernitas dan tak lagi hidup primitif. Iapun akhirnya memutuskan untuk hitch-hike hingga ke Columbia dan bertemu dengan seorang pria bernama Marcus Stamm, seorang guru asal Swiss. Memiliki hasrat petualang yang sama, kedua pemuda itupun bersahabat.

Mereka berdua akhirnya memutuskan pergi ke La Paz, ibu kota Bolivia dimana mereka bertemu dengan rekan baru bernama Karl Ruprechter. Sosok misterius itu mengaku kepada mereka berdua sebagai seorang ahli geologi asal Austria yang datang ke sana untuk menemukan emas di pedalaman Amazon. Yossi, yang menemukan tujuan baru untuk petualangannya, akhirnya setuju untuk bergabung ke dalam tim ekspedisi Karl. Mereka bergabung dengan rekan Karl yang lain, yakni seorang fotografer asal Amerika bernama Kevin Gale. Berempat, merekapun memulai perjalanan mereka menjelajahi pedalaman Amazon di Bolivia.

Sebuah ekspedisi yang nantinya akan berujung bencana.

Yossi dan rekan-rekan ekspedisinya

Mereka memulai perjalanan dengan mencarter pesawat ke kota Apolo dan trekking hingga ke sungai Tuichi-Asariamas. Di perjalanan, Karl menceritakan pengalamannya bertemu dengan suku primitif yang belum pernah melihat orang kulit putih sebelumnya. Cerita ini makin memompa semangat Yossi. Akan tetapi impian mereka mulai berbenturan dengan kenyataan ketika persediaan makanan mulai habis dan mereka terpaksa harus memakan monyet untuk bertahan hidup, dimana Marcus, sang guru, menolaknya mentah-mentah.

Merasa tak memiliki jalan lain, mereka memutuskan kembali. Karl menyarankan untuk membangun sebuah rakit dan menggunakannya untuk melintasi sungai agar perjalanan mereka lebih cepat. Tapi ketika rakitnya mulai jadi, Karl justru mengubah-ubah ceritanya sehingga memicu kecurigaan dalam grup itu. Yossi dan Kevin, sang fotografer yang tak lagi mempercayai cerita Karl akhirnya memutuskan memisahkan diri. Mereka berdua menggunakan rakit untuk menyusuri sungai, sementara Karl dan Marcus memutuskan berjalan kembali melintasi hutan ke Apolo.

Dan di sinilah petaka dimulai.

Yossi dan Kevin sama sekali tak menyadari bahwa sungai itu berujung di jurang bernama San Pedro Canyon dimana sebuah air terjun menanti mereka. Kevin berhasil menyelamatkan diri dan sampai di tepi sungai, namun Yossi terjatuh ke dalam air terjun bersama rakit mereka. Walaupun selamat, Yossi menemukan dirinya tersesat di dalam hutan Amazon.

Walaupun semenjak semula Yossi memang menginginkan petualangan di dalam hutan, namun apa yang terjadi kepadanya akan membuatnya menyesali impiannya itu. Setelah empat hari mencari, Yossi tak menemukan Kevin dan menyadari bahwa ia harus bertahan hidup sendirian.

Sementara itu, setelah lima hari tersesat, Kevin diselamatkan oleh nelayan setempat yang kebetulan melintasi sungai itu. Sekembalinya di peradaban di kota La Paz, ia berusaha mencari bantuan hingga ke konsulat Israel dan Austria (negara asal Karl). Namun di sana ia justru mendapatkan informasi mengejutkan.

Hari demi hari berlalu. Pekan berganti pekan. Yossi tak kunjung menemukan jalan keluar dari neraka hijau yang menelannya. Tanpa bahan makanan sedikitpun, ia mulai putus asa. Tak hanya kelaparan, ia juga hampir diserang binatang buas dan tubuhnya perlahan-lahan dirambati oleh semut merah yang menganggapnya tubuhnya adalah bangkai yang bisa mereka mangsa.

Iapun sadar, impiannya untuk menjelajahi hutan Amazon kini terwujud, menjadi sebuah mimpi buruk.

Hutan Amazon
(sumber gambar)

Cobaan demi cobaan terus datang. Pada minggu kedua ia tersesat, banjir melanda hutan itu dan nyaris menenggelamkannya. Ia berusaha memakan buah-buahan yang ia petik di hutan dan sesekali menemukan telur di sarang burung yang bisa ia makan, namun itu tidak cukup. Ia amat kelaparan. Bahkan kadangkala ia menanti seekor monyet jatuh dari pohon supaya ia bisa memakannya.

Kemudian Yossi menyadari, ia tak sendirian di tempat itu.

Di balik pepohonan, ia melihat seorang wanita. Berkat keberadaan wanita itu, Yossi memiliki semangat baru. Ia berusaha keras melindungi gadis itu, bahkan terkadang menggendongnya untuk menemukan jalan keluar dari hutan. Wanita itu terus menemaninya, bahkan setia menunggunya ketika Yossi lelah dan bersandar di pepohonan, menatap kakinya yang kini digerogoti jamur.

Hingga suatu hari, tiga minggu setelah Yossi tersesat di dalam rimba, ia mendengar harapan. Terdengar suara mesin baling-baling kapal. Iapun segera berlari ke arah sungai terdekat dan melihat tim pencari yang dipimpin oleh Kevin, temannya yang sempat terpisah dengan dirinya di sungai. Melihat keajaiban itu, Yossi menoleh untuk mengajak wanita yang selama ini terus bersamanya. Namun ia telah menghilang.

Hingga kini yossi tak pernah tahu, apakah wanita itu benar-benar ada ataukah hanya halusinasinya semata.

Yossi akhirnya berhasil kembali ke peradaban dan karena tubuhnya yang teramat lemah, ia menghabiskan tiga bulan berikutnya terbaring di rumah sakit, memulihkan kondisinya. Kemudian dari Kevin, rekannya yang telah menyelamatkannya, ia mendengar satu lagi plot twist mengejutkan. Karl Ruprechter yang mengajak mereka ke dalam hutan bukanlah seorang ilmuwan seperti yang ia katakan. Ia adalah penjahat kelas kakap yang melarikan diri dari Eropa, bahkan dikejar-kejar oleh Interpol.

Baik Karl maupun Marcus hingga saat ini tak pernah ditemukan, lenyap di tengah lebatnya Amazon.

Yossi kala ditemukan

Sepuluh tahun setelah kejadian itu, Yossi masih belum kapok untuk masuk ke hutan hujan Amazon. Ia kembali ke pedalaman Bolivia, kali ini dalam karya sosial untuk membantu suku Tacana-Quechua yang tinggal di sana. Ia juga menjadi seorang pembicara motivasi, sering tampil di depan media, bahkan kisah hidupnya diangkat ke dalam buku dan tayangan Discovery Channel berjudul “I Shouldn't Be Alive”. Terakhir, petualangannya bertahan hidup dijadikan sebuah film berjudul “Jungle” pada 2017 dengan aktor Daniel Radcliffe didapuk memerankan dirinya.

Yossi jelas belajar banyak dari pengalamannya nyaris bertemu maut itu. Bertahan 3 minggu mengembara di hutan Amazon tanpa makanan, dikejar binatang buas, hingga hampir mati putus asa. Yang jelas, pengalamannya itu membuatnya lebih menghargai hidup, sebuah pelajaran yang juga bisa kita petik, tanpa harus mengalami mimpi buruk seperti yang dialami Yossi.

Sumber: Wikipedia